Tuesday, April 22, 2008

Are You Happy with Your LIfe (and your job) Now?

Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan. Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan yang membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula saat ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi manusia”. Becoming a true person, demikian Erich Fromm pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu, On Being Human.

Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang tataplah screen (layar) laptop atau komputer Anda. Lihatlah screen yang ada di depan Anda ini sebagai sebuah cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan Anda ini.

Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta perbulan, dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah? Atau yang justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di kampung halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung dimana segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap, karena disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan kebersahajaan”?

Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam imajinasi Anda tentang masa depan hidup yang ingin Anda ukir. Namun apapun pilihan hidup masa depan Anda, barangkali tetap tersisa satu hal yang layak dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari oleh passion Anda. Ya, passion. Atau gairah yang membuncah. Atau rajutan tekad yang menghujam di hati.

Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa mereguk secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”. Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang sudah benar-benar menjadi passion Anda? Adakah Anda telah menemukan secercah embun kebahagiaan dalam segenap hidup dan pekerjaan Anda?

Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah Anda sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang menjadi passion Anda, maka kejarlah impian Anda dengan persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit. Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih.

Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah. Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten. Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah berdendang.

Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas. Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu percaya bahwa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup mereka sendiri. Bukan orang lain.

Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang oleh segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu menelisik akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para pecundang.

Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi – yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama, temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar. Kemudian jalani itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal.

Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa dan peluk hangat dari saya untuk keberhasilan Anda semua….

Monday, February 12, 2007

Sedekah menolak musibah

Hampir saja air mata ini meleleh, ketika kulantunkan bait-bait terakhir adzan subuh tadi. Suaraku hampir parau, tertahan dengan gumpalan air mata yang tertahan di tenggorokan. Alhamdulillah….alhamdulillah gusti rabbul izzati….
Hamba masih diberi kesempatan untuk mengumandangkan adzan di subuh ini,
masih diberi waktu untuk bersimpuh,
diberi saat untuk mensyukuri nikmat.
Betapa tidak, di saat yang sama di beberapa tempat di belahan dunia sana banyak yang sudah tidak mampu untuk bangkit kembali dari tidurnya semalam, Orang tua yang kehilangan anaknya, anak yang berpisah dengan orantuanya untuk selamanya.
Apa yang kualami semalam juga mestinya secara logika mungkin akan membuatku tidak akan menjumpai subuh ini dalam kondisi bugar seperti ini.
……
Kulihat jam tanganku menunjuk waktu 18.15, sebentar lagi maghrib sedangkan perjalananku masih tinggal sepertiganya menuju rumah. Langit diselubungi awan mendung pekat, kondisi ini membuatku ingin memacu secepatnya saja motorku, ingin lekas-lekas sampai di rumah, jangan sampai hujan turun merintangi lebih dulu perjalanan pulang ini.
Tepat pertigaan Pamulang-Lebak Bulus, brrrrr…..hujan mengguyur bumi sekujur, aroma bau khas tanah yang baru tersiram air mampir diindera penciumanku.
Beberapa meter lagi mesjid agung, yang memang sudah kuniatkan untuk magriban di mesjid tersebut, ya turunnya hujan menjadikan kebetulan ini untuk mampir barang sejenak ke mesjid tersebut.
Celana jeans yang kupakai agak sedikit basah juga rupanya, membuat dingin menelusuk kebagian bawah tubuhku. Selesai wudhu, aku mendapati jamaah magrib sudah menginjak rakaat kedua. Selesai magrib dan wirid sebentar, rupanya suara gemerincik hujan masih sangat terdengar, ya sudah sambil menunggu hujan benar-benar reda, tilawah quran yang paling cocok untuk penantian ini. Tepat setelah 2 halaman penuh kulahap tilawah ini, alhamdulillah hujan mulai reda.
Setelah perlengkapan berkendara terpakai semua, ku start motorku, berjalan perlahan memasuki jalan raya. Kalau sudah di jalan raya dan menunggangi Tiger ini rasanya hilang segala kepenatan, lepas segala pikiran, yang ada keinginan memacu kencang, selap selip, belok kiri kanan, tot..tot menglakson angkot-angkot yang sering sembarangan berenti menaiki maupun menurunkan penumpang.
Saat kupacu laju motorku, tepat beberapa meter didepanku ada genangan air, dengan tidak mengurani kecepatan, dan sambil mengangkat kedua kakiku guna menghindari basah air, kulabrak saja genangan air tersebut.
Namun ternyata genangan air tsb bukan sekedar genangan air, dibawahnya jalan yang berlobang lumayan dalam. Motor yang kupacu lumayan kencang, tanpa tahu didepan ada lobang, tak ayal membuat tubuhku terangkat keatas, tangan kiri lepas dari stang, tangan kanan agak hanya sedikit menyentuh stang, membuat motor tidak bisa terkendali, yang tiba-tiba oleng sedikit kekanan, sedangkan dilajur kanan dari arah sebaliknya ada truk pasir yang juga sedang melaju kencang.
Jantung berdegup kencang, badan lemas selemas-lemasnya mengalami kondisi ini, mengira apa yang akan terjadi. Tapi diluar dugaan, ntah apa yang terjadi, tiba-tiba motorku agak sedikit belok ke arah kiri, seakan-akan menghindari truk yang tinggal hitungan detik menabrak motorku, beberapa saat kemudian tangan kiriku kembali ke posisi semula dan alhamdulillah kondisi mulai terkendali. Motor kuhentikan sebentar untuk mengembalikan ketenanganku, sambil mengusap-ngusap dada dan berkali-berkali tak habisnya ku memuji kebesaran Allah, alhamdulillah…alhamdulillah…alhamdulillah, kalau tadi tidak ada tangan keajaiban Mu mungkin saja aku sudah terkapar dijalan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya, mungkin tulang-tulangku patah, tubuh luka, atau bisa aja bisa langsung mati.
Sambil tak henti-hentinya berdzikir, aku kembali mengendari motorku dan berpikir keras apa gerangan yang membuatku bisa terselamatkan dari musibah tadi. Lantas tiba-tiba ingat dengan ceramahnya Ust Yusuf Mansyur, bahwa salah satu yang bisa menghindari kita dari bala atau musibah adalah sedekah, dengan berbagai bukti nyata yang juga dipaparkan oleh beliau.
Sedekah…? Apa mungkin sedekah yang menyelamatkan ku tadi? Lantas sedekah apa yang sudah aku keluarkan? Kapan? Kesiapa?
…….
Sambil mendengarkan ceramah Usd Salim Ghibas, Ustad ini salah seorang pentolan ustad salafi, yang agak sedikit keras ceramahnya, mengomentari berbagai bid’ah-bid’ah yang menjamur di masyarakat dengan memberikan dalil-dalil yang sangat detail lengkap dengan quran dan hadist yang shahih, aku membolak balikan amplop yang ada dihadapanku, amplop yang tadi dibagikan ketika memasuki mesjid oleh seorang akhwat. Amplop yang bertuliskan salah satu yayasan yatim piatu di Yogyakarta. Amplop ini dibagikan dengan tujuan untuk mengumpulkan sumbangan, derma, sedekah dari para jamaah masjid.
Yayasan yatim piatu Alghifari? Yayasan beneran bukan sih? Hmmm…nama yayasanya mengingatkanku pada nama mesjid kampusku juga salah seorang sahabat nabi. Kulihat foto ketua yayasannya. Nnngg…kok nggak ada jenggotnya yah?, aku sempat berpikir seperti itu. Isi…. jangan..? Isi…. jangan..? aku ragu-ragu untuk mengisi amplop tersebut, aku khawatir aja hal-hal seperti ini dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
“Ah…nggak aja ah... “ lantas aku biarkan aja amplop tersebut dihadapanku, aku kembali mendengarkan ceramah Ustd Salim Ghibas, yang kali ini membahas mengenai bahayanya pemikiran kaum sipilis.
Namun, tiba-tiba aku seolah-olah diingatkan, bahwa Allah pasti akan menilai niatan kita, kalau kita niat dengan tulus, insya ALLAH akan ada nilainya disisi ALLAH dan akan diberi balasan setimpal, tidak peduli sedekah yang kita keluarkan akan dimanfaatkan oleh siapa dan untuk kepentingan apa. Lantas aku ambil kembali amplop tersebut, aku isi selembar 20 ribuan.
“Mudah-mudahan Allah berkenan menerima niatanku ini...”sambil berjalan keluar, karena memang ta’lim sudah selesai, ku serahkan amplop tersebut ke si akhwat.
……
Sapa nyana, sedekah yang tadi pagi sempat aku ragu untuk mengeluarkannya, rupanya menyelamatkanku dari musibah yang harusnya kualami. Aduhai benar lah apa yang baginda fatwakan, bahwa sedekah menolak bala.

" Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah (Al Hadist)"

Tuesday, December 12, 2006

kembali lagi...

Assalamu'alaikum Wr.Wb.


Kaifa halukum? pa kabarnya semua? moga tetap baik, sehat selalu dan dalam lindungan ALLAH SWT.
Maaf nih, baru bisa mengudara lagi, setelah didera dengan berbagai kesibukan (cieeh sok sibuk ceritanya), setelah dilanda pikiran yang selalu gundah gulanah (makanya fokus, fokus, fokus), waks...akhirnya ku baru inget kalo aku tuh ternyata punya blog, ini baru tersadarkan setelah nerima email dari someone (kayaknya pembaca setia nih :-) ).

Pas mau log in, usernya aja ku lupa apa namanya, terlebih lagi passwordnya, untungnya masih ada email yang bisa jadi clue, masukin email nya bolak-balik ke account email nyari tau usernamenya sekalian bikin password baru deh. Akhirnya masuk juga ke nih blog, ada sedikit perubahan ternyata (ntah siapa yang ngerubah), hit counternya raib ntah kemana, die pergi tanpa pamit, tanpa meninggalkan jejak barang sedikitpun, padahal belum bayar.

Ya udah deh, akhirnya tayangan perdana ini nyampe juga di layar anda. Selamat menikmati deh, lain kali nyambung lagi.

Keep istiqomah

Wassalamu'alaikum

Tuesday, July 04, 2006

Begini seharusnya teman...


Temanmu adalah yang bisa membuatmu menangis, bukan membuatmu tertawa....(anonim)

"Ass...akh Kaifa Haluk..?? antum sehat-sehat saja kan..??" demikian bunyi sms yang baru saja masuk dari seorang ikhwan. Pertanyaan tersebut memang pertanyaan yang sangat sederhana, namun bagiku itu merupakan sebuah ungkapan kepedulian dari seorang ikhwan terhadap ikhwan lain tentu saja dalam naungan Islam.

"ass. akh.. kaifa imanuka...?? sudah sholat dhuha...??" sms dari ikhwan lain.
Sms atau kadang email seperti ini seringkali masuk pas awal-awal memulai rutinitas.

Dilain waktu ketika mata sedang rapat-rapatnya terpejam, ketika jiwa sedang terbang ke alam mimpi, ketika seluruh jaringan tubuh sedang giatnya merekontruksi setelah beraktivitas seharian. Datang aja sms or misscall dari ikhwan lainnya lagi...
"ssst....ada yang kangen tuh, Dia pengen liat ratapan n rayuan antum..., tahajud yuk...!!! kurang lebih demikian bunyi sms-nya.

Sms-sms or email-email semacam itu bagiku merupakan terjemahan dari sapaan sekaligus mengingatkan agar senantiasa istiqomah dalam menjaga iman yang seringkali naik turun. Sudah sunatullah kalau iman yang bersemayam dalam jiwa senantiasa fluktuatif.

Kadang ketika kita benar-benar lalai, pikiran kosong melompong, tidak tahu apa yang harus dilakukan, disaat kita amat sangat membutuhkan pegangan dan sandaran, kehadiran teman-teman seperti itu yang sangat dibutuhkan. Walaupun tidak bisa memberikan solusi dengan segala apa yang sedang kita alami, setidaknya mereka bisa menjadi pendengar yang baik atas segala keluh kesah kita. Mereka dihadirkan untuk menopang agar hidup kita tetap dalam keseimbangan.

Kalau kebetulan teman kita adalah orang-orang hanif, tapi kalau teman kita adalah orang-orang destruktif...??? Kalau tidak salah, begitu kuatnya pengaruh kebaikan atau keburukan dari seorang teman kepada kita, telah jauh-jauh hari diingatkan Rosulullah SAW :
"Seseorang itu tergantung pada agama temannya, oleh karena itu hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa dia berteman." (HR Abu Daud).
Atau kalau berkaca pada kata-kata orang bijak :
"Katakan kepadaku dengan siapa engkau berteman, maka aku akan bercerita siapa dirimu"

Semua dikembalikan ke kita, kita sudah diberikan pilihan, untuk menjadi lebih baik atau sebaliknya. Mau dijadikan apa lukisan kehidupan kita, Lukisan keindahankah...??? Kebaikankah...?? Abstrak..?? atau keburukan...??? Merekalah salah satu warna yang akan kita pilih untuk kemudian kita torehkan pada kain kanvas lukisan hidup kita. Jangan lupa yang menjadi dasar lukisan tersebut mestilah putih....bahkan kalau saja semua warna kita kumpulkan, dicampur menjadi satu pasti kembali menjadi putih (nggak percaya buktiin sendiri...!!!!).

Oh ya....salah satu golongan dari 7 golongan yang kelak mendapat naungan ALLAH SWT pada hari dimana tak ada naungan kecuali naungan-NYA (Dikumpulkannya umat manusia di padang mahsyar) adalah 2 orang yang berteman karena ALLAH SWT (HR Bukhori). Semoga kita menjadi salah satunya.

"When Allah open window of heaven and saw me then said "What do you want to day..?" I said "Allah please take care my beloved sisters and brothers who read this article."

Tengkyu por biing mai pren

Thursday, June 01, 2006

Berat oooh berat..

“Harusnya masuk MURI nih (Musium Rekor Pribadi–hehe)..” Hatiku sontak girang bukan kepalang. Apa pasal..?? kemarin iseng-iseng aku coba timbang berat badan, pake timbangannya teman (merknya Ikea lho J hehe nggak penting banget gitu). Lalu apa yang terjadi..?, surprise..kaget banget, ternyata berat badanku naek man…nggak tanggung-tanggung naeknya sekitar 6Kg gitu deh, alias 58 Kg, ini rekor tertinggi seumur hidupku. Makanya layak masuk MURI :-) . Nggak percaya..? nih aku kasih bukti




Terakhir aku menimbang berat badan sekitar awal tahun 2006 ini dan jarumnya ada di kisaran angka 52-53 Kg. Angka ini yang selalu stabil nggak pernah naik, turun iyah.
…….

Tempo hari ketika aku kena sakit tenggorokan, aku pernah iseng-iseng nanya ke dokter.
M : “Dok…berat badan saya kok kayaknya istiqomah (pendirian kaleee…) ?” tanyaku ke dokter yang sedang menuliskan resep untukku.
D : “Istiqomah bagaimana…?” Agak sedikit mengernyitkan dahi Dokter balik bertanya
M : “Ngggg…maksud saya, berat badan saya ini kok selalu stabil, nggak pernah naek, padahal jauh dari berat ideal..gitu loh Dok…!” Jawabku
D : “Kamu sudah menikah…?” Dokter malah balik bertanya
M : “Huuuh apa hubungannya sih..? kok ditanya menikah segala..?” gerutuku dalam hati
M : “Belum Dok…” Jawabku
D : “Menikah dulu aja… berat badan kamu insya Allah pasti naek..” jelas dokter sambil mengulum senyum manisnya (Dokternya manis…hehe)
D : “Kalau kamu sudah menikah, tapi berat badan kamu masih seperti sekarang, kamu baru konsultasi ke dokter..” tambahnya.
M : “Hmmm…ooh gitu yah Dok…jadi pengen nikah hehe” celetukku.
……...

Masuk akal sih, bagaimana nggak naik kalau dikasih minum susu dan makan daging setiap hari (J hehehe). Sebenarnya pangkal dari semuanya menurutku bertolak dari kondisi psikis seseorang. Makan selezat apapun, minum seenak apapun, kalau perasaan, pikiran, kondisi psikis terganggu jadi malah nggak nikmat. (tul nggak..?). Sebaliknya, walau makan nya pas-pasan, ikan asin sambal lalap, asal sehat jiwa raga, enak tidur enak makan.
Naah, dengan menikah, insya Allah bisa menjadikan hati tentram, jiwa tenang, enak makan juga enak tidur (yang ini pasti hehehe), tidak resah gelisah, gundah gulanah (seperti yang kurasakan sekarang nih). Allah sendiri yang menjamin keadaan seperti itu.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya” (Ar Rum : 21)

Jadi menikah menjadi stimulus tercapainya ketenangan dan ketentraman antara suami dan isteri serta tercapainya kedamaian jiwa.

Jadi bagi anda yang mengalami berat badan kurang ideal dan belum menikah (kurang lho, bukan melebihi), sebaiknya ikuti saran Dokter diatas, segera menikah.
Terus kalau yang udah menikah tapi tetep masih kurus …? Yaa menikah lagi hahaha.

Piss ah